BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Komunikasi
adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang
atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat
dimengerti. Dalam penyampaian atau penerimaan informasi ada dua pihak yang
terlibat yaitu :
1. Komunikator
: Orang / kelompok orang yang menyampaikan informasi atau pesan
2. Komunikan
: orang atau kelompok orang yang menerima pesan.
Dalam
berkomunikasi keberhasilan komunikator atau komunikan sangat ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu : Cakap, Pengetahuan, Sikap, Sistem Sosial, Kondisi
lahiriah. Menurut Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi
menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses
komunikasi secara primer
Proses
komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal
(bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau
perasaan komunikator kepada komunikan.
2. Proses
komunikasi sekunder
Proses
komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian komunikasi?
2.
Bagaimana proses komunikasi?
3.
Seberapa
Pentingkah Komunikasi dalam Organisasi?
4.
Bagaimana sistem komunikasi?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian Komunikasi
2.
Untuk mengetahui proses komunikasi
3.
Untuk mengetahui Pentingnya
Komunikasi dalam Organisasi
4.
Untuk mengetahui sistem komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi
Secara sederhana disebut
jika ada dua orang atau lebih bertemu, maka secara cepat
atau lambat mereka akan memulai
berbicara atau memberikan tanda-tanda untuk mengetahui kehadiran
orang lain. Hal semacam ini disebut transaction stimulus, sedangkan
orang yang kemudian berkata atau
mengerjakan sesuatu berkenaan dengan stimulustasi dinamakan transaction
response dan kedua transaksi ini sebelumnya harus ada sebelum komunikasi
terjadi.
Apalagi jika dua orang atau
lebih berada dalam satu organisasi
dengan sendirinya berlangsung proses komunikasi. Organisasi merupakan struktur
dimana tterlaksana proses kegiatan pencapaian tujuan melalui operasi daan
interaksi antar unit bagian secara harmonis, dinamis dan pasti (Rogers, 1983).
Di dalam organisasi ada pembagian tugas yang secara sederhana diklasifikasi
atas kelompok pimpinan dan kelompok yang dipimpin. Oleh karena itu interaksi
antar unit yang satu dengan unit yang lain dapat berlangsung secara vertikal,
horizontal, atau diagonal , dan yang dimaksudkan adalah interaksi antar
manusiayang ada di masing-masing unit,
antar pimpinan dan pimpinan, antar bawahan dengan bawahan dalam level
yang sama (horizontal), antar pimpinan dengan bawahan dan antar bawahan dan pimpinan
dalam hubungan garis lurus (vertikal) dan dalam garis otoritas yang berbeda
(diagonal). Chesterr I Barnard menekan kan
komunikasi menempati posisi sentral dalam organisasi , sebab struktur
organisasi, perluasan organisasi, perrluasan organisasi dan lingkup organisasi
ditentukan oleh teknik-teknik komunikasi (Myers & Myers, 1983). Pandangan
kaum ilmuan komunikasi menganggap komunikasi sebagai kekuatan dominan di
dalam kehidupan organisasi. Komunikasi merupakan inti organisasi. Tanpa
komunikasi tidak akan terdapat aktivitas
organisasi. Bahkan dibeberapa buku perilaku organisasi memandang komunikasi
sebagai bagian dari proses dalam organisasi. Di dalam proses orgnisasi yang
terpenting adalah kemampuan manajer dalam berkomunikasi terutama untuk
mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan.
Banyak variasi dalam
mendefenisikan komunikasi, antara lain:
1.
Communication is the transmission of “massage” from one person
(refered to as the “resource”) to one more other persons (receivers). (Bittle,
1982)
2.
Communication as the transmission
of information trough a hierarchichal structure (Myers & Myers,
1982)
3.
Communiication as an
interpersonal process of sending and
receiving symbols with meanings attached to them (Schermerhorn, 1986).
B.
Proses Komunikasi
Secara singkat dapat dikemukakan tentang proses komunikasi dan
elemen-elemennya dalam pertanyaaan: Siapa melakukan aksi (sumber pesan atau
pengirim yang disebut sender), apa yang disampaikan (pesan atau massages), melalui apa yang disampaikan
(saluran atau channel), kepada siapa
pesan ditujukan (penerima pesan atau receivers), serta bagaimana reaksi
penerima terhadap pesan (umpan balik
atau feedback).
Proses komunikasi kontemporer banyak digunakan sebagai kerangka
acuan (frame of reference) pembahasan komunikasi dewasa ini bertumpu pada
pemikiran yang dikembangkan oleh Claude
E. Shannon dan Warren Weaver dan juga Wibur Schramm. Mereka
mengembangkan proses komunikkasi yang dapat berlaku dalam semua situasi dan
organisasi. Shannon menunjukkan komunikasi sebagai system mekanistik yang
berlangsung dalam lima elemen-elemen dasar, yaitu:
1.
Information source atau senders
2.
Transmitter
3.
Channel
4.
Receiver
5.
Destination.
Di samping elemen dasar, sehingga Shannon juga
mengajukan komponen-komponen lain
terhadap system, yaitu:
6.
Massage (encoding)
7.
Transmittted signal
8.
Receiveed signal
9.
Massage (decoding)
10. Noise
source
Proses komunikasi dari Shannon dan Weaver
Pada tahun 1960, David K. Barlo mengembangkan komponen-komponen
komunikasi (Herbert G. Hicks, 1972), yang terdiri dari:
1.
Source
2.
Encoder
3.
Massage
4.
Channel
5.
Receiver
6.
Decoder
7.
Meaning
8.
Feedback
9.
Noise.
Satu model yang menggambarkan keberlangsungan proses komunikasi
yang dikembangkan oleh Barlo, adalah sebagai berikut:
Model proses komunikasi dari Barlo
Dalam
proses kerja sama keorganisasian, mungkin seorang manajer atau seorang
atau sekelompok orang karyawan yang
menjadi sumber informasi atau yang menyampaikan pesan. Pesan-pesan dapat berupa knowledge, past experience, feelings,
attitudes atau emotions.Komunikator harus membuat kode atau sandi (encodes) untuk menerjeemahkan ide-ide,
pemikiran-pemikiran, dan gagasan-gagaasan yang menjadi pesan ke dalam rangkaian
tanda-tanda yang sistematis dan dapat dimengerti orang lain,misalnya dalam
suatu susunan kalimat atau bahasa. Bahasa adalah lebih populer sebagai kode
yang digunakan untuk mengungkapkan persepsi-persepsi mental dari komunikator
menjadi pesan.
Pesan (massage) merupakan hasil dari encoding (penyandian). Persepsi-persepsi
mental atau maksud dari komunikator dinyatakan dalam bentuk pesan , baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan dan ekspresi wajah serta gerak yang akan
ditransmisi. Untuk mentransmisikan atau mentransferisasi pesan kepada komunikan
(receiver) digunakan saluran-saluran
tertentu.
Saluran (channel) merupakan jalur yang
menghubungkan komunikator dengan komunikan melalui mana pesan disampaikan.
Pesan
yang diterima terlebih dahulu diurai sandinya (decoding) oleh peenerima atau komunikan untuk melihat relevansi
pesan bagi si penerima. Sandi yang terkandung di dalam pesan diurai dan
ditafsirkan menurut pengalaman dan kerangka referensi dari penerima. Jika
hasilnya ada relevansi atau kesesuaian antara meaning yang ditafsirkan atau diurai oleh komunikan dengan meaning yang diinginkan oleh komunikator,
maka proses komunikasi akan menjadi efektif. Dengan demikian komunikasi yang
beriorentasi kepada penerima mempunyai kemungkinan besarr untuk sukses dari
pada komunikasi yang terstruktur berdasarkan presfektif komunikator.
Peaksi
dari penerima atas pesan yang diterima dapat diketahui dari proses umpan balik
(feedback) dan ini hanya mungkin akan
terjadi jika proses komunikasi berlangsung secara dua arah (two way communication). Umpan balik yang
diterima oleh komunikator dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan
apakah pesan telah direrima dan menghasilkan tanggapan sesuai dengan yang
diinginkan atau apakah meaning pesan
yang diinterpretasioleh komunikan sesuai dengan meaning pesan yang dimaksudkan oleh komunikator. Ada kalanya pesan
tidak sesuai dengan yang diinginkan. Hal tersebut terjadi tidak saja karena
ketidakjelasan sombol-simbol pesan, interpretasi atas ppesan yang tidak korek dan ketidak sesuaian saluran yang
digunakan, tetapi juga bisa terjadi karena ada gangguan atau kegaduhan (noise) dari lingkungan.
C.
Pentingnya Komunikasi dalam Organisasi
Dunia manajer adalah dunia kata-kata, sebab kira-kira 78% dari
waktu manajer digunakan untuk melakukan interaksi verbal (komunikasi) dengan
orang lain dan hanya 22% bekerja di
meja. Oleh karena itu proses komunikasi dalam organisasi adalah vital untuk
pencapaian tujuan atau sasaran organisasi. Paling tidak organisasi sangat
mempengaruhi setiap pekerjaan individual dalam organisasi dalam satu atau lain
cara. Dengan kata lain, keefektifan system komunikasi – cara dalam mana hal itu
dikelola – mempunyai dampak signifikan terhadp keefektifan organisasi
keseluruhan.
Komunikasi mempunyai sejumlah pengaruh baik terhadap tipe sasaran,
tugas keorganisasian dan maintenance.
Dengan respek terhadap sasaran tugas (produktivitas), tanpa beberapa sarana
untuk komunikasi ke bawah (downward communication), para pekerja tidak akan
mengetahui apa yang harus di kerjakan atau apa pekerjaan yang mereka terima dan
kapan serta bagaimana mengerjakan pekerjaannya. Sebaliknya tanpa adanya proses
komunikasi ke atas (upward communication), pimpinan tidak akan
mempunyai informasi yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang harus dikatakan
untuk dikerjakan karyawan untuk masa yang akan datang. Karyawan dan para
manajer tiap tingkatan ingin mengetahui bagaimana pekerjaannya dan
departemennya dalam operasi total dan mereka ingin diinformasikan tentang
perubahan yang mungkin ada dan berbagai pengaruhnya terhadap pekerjaan atau
lingkungan kerja. Lagi pula mengkoordinasikan aktivitas menjadi mungkin melalui
komunikasi. Orang dapat bekerja sama hanya sebab mereka dapat berkomunikasi,
bahkan komunikasi merupakan sntral dari kehidupan keorganisasian. Dalam hal ini
apabila masalah-masalah keorgansasian meningkat, kasusnya banyak diidentifikasi
sebagai akibat komunikasi yang jelek, sebab komunikasi adalah sumber informasi
yang digunakan oleh manajer di dalam pembuatan keputusan yang berpengaruh
terhadap organisasi. Jika hasil keputusan jelek, maka komunikasi buruk adalah
lebih banyak sebagai biang keladinya (frequently
to blame). Di samping itu komunikasi juga merupakan kegiatan yang penting
dalam proses kepemimpinan, sebab untuk menggerakkan atau mempengaruhi bawahan
akan efektif jika dilakukan melalui komunikasi. Henry Clay Lindgren mengatakan effective leadership means effective
communication. Komunikasi bagi pimpinan tidak saja sebagai alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga sarana
memadukan aktivitas kerja sama keorganisasian ( organizational cooperation).
Michele Tolela Myers dan Gail E. Myers
(1982) mengatakan, communication is what
permits people to organize,… without communication there is no organized
activity.
Aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan dan organisasi
antara lain bertujuan untuk:
1.
Meningkatkan
hubungan kerja dan kerja sama yang baik antarindividu dan antarunit organisasi
atau departemen
2.
Mengetahui
sedini mungkin masalah-masalah yang timbul di dalam pelaksanaan tugas dan
pekerjaan dari masing-masing unit organisasi
3.
Mengurangi
aspek negatif dari timbulnya konflik maupun frustrasi
4.
Mendorong
semangat kerja.
Komunikasi yang dilakukan secara interpersonal (interpersonal communication)
serta berlangsung secara dua arah (two
way communication) akan menciptakan interaksi yang positif antara pimpian
dengan bawahan sehingga masing-masing pihak dapat melakukan penyesuaian diri
secara timbal balik (mutual adaptation)
dalam tingkat strong emotion.
D.
Sistem Komunikasi
1.
Jaringan Komunikasi
Jika komunikasi diartikan sebagai proses interaksi dan penyampaian
informasi, maka proses interaksi tersebut berlangsung dalam suatu jaringan
kerja komunikasi (communication network)
yang dapat terjadi melalui struktur formal atau proses informal. Hakikat
jaringan kerja komunikasi adalah suatu pola-pola saluran komunikasi dari
pesan-pesan ked an dari , atau diantara suatu kelompok khusus dari orang-orang.
Jenis jaringan komunikasi seperti dalam bagan berikut pada
hakikatnya dapat digolongkan atas:
1.
Terpusat
2.
Tersebar
3.
Sekuensial
4.
Resiprokal
1. Model
wheel atau star 2. Model chain 3. Model Y atau yoke
4. Model circle
5. Model All-channel
Jaringan kerja komunikasi
2.
Arus Komunikasi
Oleh karena saluran komunikasi formal ditetapkan melalui hirarki
organiisasi dan wewenang, maka arus informasi (information flow) dalam proses komunikasi akan bervariasi antara:
a)
Komunikasi
vertikal (vertical communication)
merupakan komunikasi dari atas atau superior ke bawah atau subordinasi dan
sebaliknya.
1.
Downward communication (komunikasi dari bawah ke atas) merupakan
komunikasi dimana arus informasi dalam organisasi mengalir dari superior ke
supervisor hingga ke subordinasi atau
dari orang pada jenjang hirarki yang paling tinggi ke jenjang yang paling
rendah. Komunikasi dari atas ke bawah atau komunikasi dari manajer kepada
subordinasi mempunyai lima fungsi dasar (Myers & Myers,1982), yaitu:
v Specific
task directives: job instruction
v Information
designed to produce understanding of the task in its relations to other
organizational tasks:job rationale
v Information
about organizational procedures and practices
v Feedback
to the subordinate about performance
v Information
of an ideological nature to develop a sense of mission:indoctrination of goals.
Dengan demikian,melalui komunikasi dari bawah ke atas, pimpinan
dapat menetahui laporan, tanggapan, saran, dan pengaduan dari bawahannya,
sehingga suatu keputusan atau kebijaksanaan secara relatif lebih tepat dapat
diambil dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan. Dan bagaimana pun juga komunikasi vertikal yang lancar , terbuka
dan saling meengisi merupakan cerminan dari sikap kepemimpinan demokratis atau
partisipatif.
2.
Upward communication
(komunikasi dari atas ke bawah) menggambakan arus informasi dari bawah ke atas
atau dari subordinasi ke supervisor hingga ke superior menurut jenjang hirarki
organisasi dan wewenang. Melalui komunikasi dari jenjang bawah ke jenjang
paling tinggi, anggota organisasi mengatakan (Myers & Myers, 1982):
Ø Tentang diri, mereka, hasil yang mereka capai dan masalah-maslah
mereka.
Ø Tentang yang lain dan masalahnya
Ø Tntang kebijakan dan praktek organisasi
Ø Tentang kebutuhan apa yang diinginkan dan bagainmana melakukannya.
Melalui komunikasi dari atas ke bawah, pimpinan memberikan
instruksi- insstruksi,
petunjuk-petunjuk,informasi kepada bawahan.
b)
KomunikasI
horisotal (horizontal communication), yaitu proses komunikasi yang menunjukkan
arus informasi diantara orang-orang sejawat (peers) pada tingkat hirarki yang sama dalam organisasi. Misalnya
antara manajer dengan manajer, antara supervisor dengan supervisor dan antara
karyawan dengan karyawan atau lebih luas lagi antara departemen dengan
deepartemen dalam tingkat hirarki yang sama. Komunikasi horizontal mempunyai
tiga tujuan pokok (Myers & Myers, 1982), yaitu:
·
To provide socioemotional support among peers, or to help every
body get along better
·
To permit coordination between peers in the work process so they
can do a more efficient job
·
To diffuse the locus of control in the organization or to spread
authority and responsibility.
c)
Comunikasi
diagonal (diagonal comunication ),
proses komunikasi dimana arus informasinya mengalir diantara orang pada tingkat
hararki organisasi yang tidak sama. Atau interaksi antar depatemental atau orang dalam tingkat hirarki yang
berbeda. Ini sering terjadi pada kasus
departemen lini dan staf, di mana mungkin staf atau salah satu dari departemen
lini mempunyai otoritas fungsional.
Sistem dan proses komunikasi yang bagaimana pun
berlangsung,pada hakikatnya transmisi informasi atau pesan dilakukan lewat
media komunikasi ( communication media
), baik komunikasi tertulis maupun komunikasi oral atau verbal. Komunikasi
tulisan banyak bentuknya, di antaranya adalah memo, laporan, poster, buletin,
surat kabar dan buku pegangan. Sedangkan komunikasi oral bentuknya di antaranya
adalah face – to –face- ferbal- orders,telpon
pertemuan. Di samping itu proses komunikasi dapat berlangsung melalui komunikasi
non verbal ( non verbal communication)
yang di lakukan melalui ekspresi muka, pisis badan, kontak mata, dan gerak
isyarat lainnya.
Bagaimana pun juga proses komuikasi berhubungan
dengan masalah hubungan manusia dan dalam hal ini terdapat dua pengertian
hubungan komunikasi, yaitu hubungan manusia dalam arti luas dan dalam arti
sempit. Hbungan manusia dalam arti luas menunjukkan interaksi seseorang dengan
orang lain dalam segala situasi dan dalam semua sektor kehidupan.
Jadi merupakan hubungan manusia di mana dan kapan saja. Sedangkan hubungan
manusia dalam arti sempit dalam proses komunikasi merupakan interaksi antara
seseorang dengan orang lain, tetapi terbatas pada situasi kerja dalam
organisasi ( Rogers & Rogers, 1975 ). Seperti dikatakan oleh Keith Davis,
dipandang dari sudut pimpinan yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu
kelompok, hubungan manusiawi adalah interaksi orang – orang menuju situasi
kerja yang memotivasi mereka untuk bekerja secara produktif dengan perasaan
puas, baik secara ekonomis maupun sosial ( Ibid ).
3.
komunikasi formal dan komunikasi informal
Komunikasi formal mengikuti saluran formal
sebagai tergambarkan di dalam struktur organisasi. Komunikasi formal cenderung
memmperlihatkan komunikasi tugas,
komunikasi antara atasan-atasan, atasan-bawahan atau antara bawahan-bawahan
sesuai dengan otoritas. Dengan kata lain, saluaran komunikasi formal mengikuti
jenjang komando yang establishmelalui
suatau hirarkhi otoritas organisasi. Oleh karena itu saluran komunikasi formal
diakui sebagai sesuatu yang resmi (official)dan
otoritatif, hal tersebut cenderung merupakan tipikal dari komuikasi tertulis.
Komunikasi formal digunakan untuk semua pesan-pesan resmi,termasuk pengarahan,
prosedur, kebijakan,keputusan, memorandum, intruksi kerja, dll.
Saluran
komunikasi informal ada di luar saluran komunikasi formal dan tidak menuruti
hirarkhi organisasi dan otoritas. Akan tetapi saluran komunikasi informal ini
tidak direncanakan oleh superior. Instilah yang sering digunakan untuk bentuk
saluran komunikasi informal ialah the
grapevine ( selentingan ). Grapevine dapat
menjadi sumber informasi faktual meskipun konotasinya merupakan informasi yang
tidak akurat. Oleh sebab itu grapevine sangat
berguna dalam melengkapi ( suplamenting
)saluran formal, sebab lebih dari 75% dari informasi lewat selentingan adalah
sekasam dan tentu 25% disimpangkan dan merusak
( Gibson ,dkk,1984 ). Selentingan sering melangkahi (by passing)
informasi melalui saluran formal, baik dari superior ke subordinasi atau dari subordinasi ke
superior. Promosi seseorang, misalnya, dapat diketahui sebelum ada surat
keputusa; demikian juga pengunduran diri seseorang pejanat sudah diketahui umum
jauh sebelum hal itu diumumkan.
Paling sedikit terdapat 5 sumber khusus sebagai
gangguan (noise) yang menghambat proses komunikasi yang efektif
(Schermerchorn,1986),yaitu:
1)
Phshical
distractions (gangguan fisik).
2)
Semantic
problembs (masalah-maslah semantik).
3)
Cultural
differences (diferensi kultural).
4)
The
absence of feedback (ketiadaan umpan balik).
5)
Status
effect (efek status).
Oleh
karena proses komunikasi merupakan proses tranmisi dan transferiasi pesan yang
disusun dalam simbol-simbol (bahasa),maka seringkali proses komunikasi menjadi
terganggu karena tiap inndividu,kelompok atau organisasi menggunakan kata-kata
dengan cara yang berbeda-beda.
Komunikasi
merupakan proses dan aktivitas penyampaian informasi dengan menggunakan
simbol-simbol,sehingga orang lain menjadi mengerti. Dalam hal ini yang
ditransmisi bukanlah pengertian melainkan pesan atau informasi dalm simbol
bahasa atau kata-kata . Tetapi kata yang
sama mungkin diinterprestasi berbeda oleh penerima pesan,karena tiap individu
atau kelompok berbeda ,karena komunikator berbeda dengan munikan. Perbedaan komunikan
dalam menciptakan construct dari pesan atau dalam melakukan decoding,maka
seringkali mengganggu proses komunikasi. Jadi masalah semantik terhadap
komunikasi terjadi sebagai encoding and decoding erros and as mixed
massenge. Konflik antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah juga merupakan
problema semantik.
Perbedaan
latar belakang kultural di antara pengirim dan penerima peasn juga menjadi
hambatan proses komunikasi. Orang yang berbeda latar belakang kultural dapat
menafsirkan komunikasi yanng sma secara berbeda. Ini dapat menyebabkan
perbedaan dalam membuata sandi bagi komunikator dan proses mengurai sandi bagi
komunikan. Jika ada kesamaan pengertian antara sandi yang dibuat dengnan sandi
yang diurai,maka proses komunikasi akan macet atau terganggu.
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang
menunjukan mekanismie umpan balik (feedback mechanism). Jika proses
komunikasi tidak mendatangkan atau menghasilkan umpan balaik hal itu menjadi
pertanda adnya hambatan atau gangguan dalam proses komunikasi,sebab umpan balik
memberi saluran bagi tanggapan yang memungkinkan komunikasi dapat menentukan
apakah pesannya telah diterima dan apakah menghasilkan tanggapana yang
diinginkana. Biasanya umpan balik langsung di mungkinkan ada dalam komunikasi
dua arah (two way comminication),sedangkan dalam komunikasi satu arah (one
way communication) tidak ada umpang balik dari penerima kepada pengirim.
Hirarkhi
wewenang dalam struktur organisasi dapat menciptakan hambatan ke arah
komunikasi yang efektif. Perbedaan status dlam struktur mencipatakan hambatan-hambatan
khusus di antara superior dalam struktur organisasi ,manajer cenderung lebih
banyak memberi tahu (teeling),bukan mendengar (listening),sebaliknya
bawahan mungkin mengatkana kepada atasan mereka apa yang mereka harapkan
didengar oleh atasan. Jadi perbedaan status sender dan receiver
dapat menjadi hambatan bagi proses komuniksai efektif.
Oleh
sebab itu untuk menciptakan komunikasi yang efektif,perlu dilakukan
tindakan-tindakan berikut (Gibson,dkk,1984):
1. Mengadakan tindakan langsung (following up)
2. Mengatur arus informasi (regulation informartion flow)
3. Memanfaatkan umpan balik (utilizing feedback)
4. Pengahayatan (empathy)
5. Pengulangan (repetition)
6. Mendorong saling mempercayai (encouraging mutual trust)
7. Penetapan waktu secara efektif (effecitive timing)
8. Menyerdahanakan bahasa
9. Mendengarkan secara efektif
10. Memanfaatkan selengtingan (using the grapevine)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi
adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang
atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat
dimengerti. Secara sederhana disebut jika
ada dua orang atau lebih bertemu,
maka secara cepat atau lambat mereka
akan memulai berbicara atau memberikan tanda-tanda untuk mengetahui kehadiran
orang lain.
Secara singkat dapat dikemukakan tentang proses komunikasi dan
elemen-elemennya dalam pertanyaaan: Siapa melakukan aksi (sumber pesan atau pengirim
yang disebut sender), apa yang disampaikan (pesan atau massages), melalui apa yang disampaikan (saluran atau channel), kepada siapa pesan ditujukan
(penerima pesan atau receivers), serta bagaimana reaksi
penerima terhadap pesan (umpan balik
atau feedback).
Proses komunikasi dalam organisasi adalah vital untuk pencapaian
tujuan atau sasaran organisasi. Paling tidak organisasi sangat mempengaruhi
setiap pekerjaan individual dalam organisasi dalam satu atau lain cara.